Dalam kehidupan keseharian kita saat ini, terlalu banyak faktor yang bisa menggerogoti keimanan. Berbagai tawaran kegiatan yang berorientasi kepada pemenuhan nafsu syahwat telah dengan terang-terangan dipromosikan lewat media massa, baik secara cetak maupun elektronik. Orientasi hidup serba materi yang ditonjolkan lewat media iklan, pada akhirnya telah menggiring manusia kepada sifat keinginan pemenuhan kebutuhan secara instan, tanpa mempertimbangkan moralitas.
Derasnya arus informasi yang mengalir bak air bah, setiap hari, setiap jam, setiap menit detik, mampu menyeret masyarakat mengikuti pola hidup tertentu pola hidup tertentu yang jauh dari nilai keimanan. Hedonisme dan konsumerisme sebagai anak kandung peradaban materi telah menjadi bagian dari gaya kehidupan, yang pada gilirannya melahirkan sejumlah patologi sosial. Keimanan akhirnya dipertaruhkan di ujung tanduk, setiap saat menemukan tawaran-tawaran sikap dan perilaku.
Penanaman nilai-nilai keimanan yang dilakukan dengan cara-cara yang konvensional selama ini bisa terkalahkan pengaruhnya oleh derasnya arus informasi yang secara konsisten menyapa mereka. Kaum muslimin diperintahkan pergi ke mesjid setiap hari Jumat untuk mendengarkan khutbah dari para khatib yang senantiasa mengajak pada keimanan dan ketakwaan. Majelis taklim dan tabligh akbar riuh ramai dihadiri akhwat muslimah. Seminar dan diskusi keislaman pun tak kalah ramai. Aktifitas ini akan berpengaruh pada iman kita tapi tidak akan membawa dampak jika tak dibarengi dengan penanaman nilai yang konsisten dan berkesinambungan.
Tak jarang kita jumpai pengajian yang lebih sarat unsur seremonial dan formalitas, bahkan kadang lebih banyak nuansa hiburan dibandingkan dengan esensi pembinaan yang bertahap dan berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang ditawarkan masih diwarnai sejumlah kelemahan dalam unsur taujih (pengarahan) dari silabus yang terprogram, terstruktur, dan berkelanjutan.
Namun, bukan berarti tidak bermanfaat, sebab ini adalah sentuhan awal agar bisa berinteraksi dengan Islam. Yang jadi permasalahan adalah tindak lanjut dari kegiatan dakwah seremonial tersebut. Kegiatan tabligh seperti ini tetap bisa dilangsungkan, akan tetapi segera ditindaklanjuti dengan penawaran kegiatan tarbiyah agar terprogram dan berkelanjutan. Tarbiyah menawarkan silabus yang membuat peserta didik dalam suasana kesungguhan, kedisiplinan dalam penjagaan diri.
Dalam proses tarbiyah inilah, sentuhan pembinaan akan bersifat sangat personal, seperti adanya perhatian, pengarahan, optimalisasi potensi diri, evaluasi atas proses dan hasil Pembinaan ini mengantarkan kita pada suasana keterjagaan, saling memberikan pengaruh positif,dan menguatkan dalam kebaikan.
Sumber: Keakhwatan 1, Cahyadi Takariawan, dkk.
Sumber: Keakhwatan 1, Cahyadi Takariawan, dkk.
Komentar
Posting Komentar
Berbagi komentar itu bentuk pedulinya kamu :)